Senin, 19 September 2011
#1
a lie
— | William Shakespeare |
ignored
karena saya terlalu bodoh
karena tangis saya tak pernah cukup bisa membuatmu iba
karena teriakan saya tak pernah cukup keras untuk membuatmu berpaling
karena saya terlalu bodoh mengira kamu peduli dan sadar akan keberadaan saya….
1%
karena saya mungkin hanya bernilai satu persen dalam diagram cintamu
saya tak mengerti dunia yang kamu geluti
saya tak paham musik yang kamu mainkan
saya tak mampu berperan seperti peran yang kamu mainkan dalam panggung kehidupan ini
saya yang tak akan pernah sebanding dengan mereka yang mampu berperan dengan sangat lihai dalam panggung pertunjukan cintamu
karena saya hanya bernilai satu persen dalam diagram cintamu…
matahari dan ilalang
kamu adalah matahari
dan saya adalah ilalang yang kadang terlupakan dan bahkan agak dibenci manusia
tapi saya butuh matahari agar saya tetap bertahan hidup
tapi tahukah kamu?
sinarmu kadang terlalu menyengat buat saya
kamu terlalu jauh untuk dapat saya lihat atau bahkan disentuh
kamu kadang juga membuat saya lemas dan kering kerontang
kamu menyerap semua ir yang saya hisap dari dalam tanah
sekali lagi, tahukah kamu?
saya cukup butuh tenaga ekstra untuk mencari air
sekali lagi, saya hanya sebuah ilalang yang sering terlupakan dan bahkan dibenci manusia….
Jumat, 09 September 2011
Never chase anyone.
kamu dan sebatang rokok
entah rokok bermerek apa
mahal atau murah rasanya sama saja
hambar
malah berasa pahit di lidah
kuhisap sedalam apapun, yang keluar hanyalah selintas asap
singkat, tak meninggalkan kesan apapun
tapi begitu mencandu
tapi begitu kubutuhkan
pada akhirnya aku akan terpuaskan
done
"Kamu kira aku gak lihat? Malah aku yang lebih dulu mencium bau busukmu."
"Aku? Busuk? Bukannya kamu? Kamu datang sama mantan pacarmu kan?"
"Iya, kenapa? Kamu juga datang sama.....Ehm, siapa yah cewek tadi? Aduh, aku lupa kamu punya banyak cewek...."
"Sok tahu "
"Aku memang tahu. Lebih dari yang kamu kira kalau aku tahu"
"Terserah"
"Masa bodoh sama kamu. Aku sakit tahu !"
"Kamu kira aku gak sakit?
"Gak"
"Terserah. "
"Terserah juga"
"Kalau gini impas kan? Sama-sama sakit. Buat apa diterusin?"
"Oke. Selesai"
"Selesai"
"Bye"
"Bye"
kontak mata
ketika matamu beradu dengan mataku kamu akan tahu segala yang kurasakan padamu
lihat ini. mataku yang jernih ini lama kelamaan akan buram oleh butir air mata yang akan segera pecah dalam isak tangis
kamu tahu?
aku mau bilang bahwa aku sayang kamu dan aku berterima kasih karena kamu pernah ada dalam kehidupanku.
setelah itu, kau cukup lakukan seperti yang selalu kau lakukan
pegang tangan ku dan pandang balik mataku
aku akan lega karena ku yakin bahwa kamu mengatakan hal yang sama
aku akan tersenyum dan menngingat janji yang kita buat saat mengakhiri hubungan ini
“kamu akan selalu ada di sini (di hatiku)”
terima kasih :)
senyuman papa
bibir itu selalu terkatup dengan sangat rapat
seolah menyembunyikan ribuan kata yang akan selamanya tertahan di dalam sana
hanya sedikit sekali kata yang pernah aku dengar keluar dari mulut itu
tak jarang hanya sebuah perhatian sangat sederhana seperti “jangan lupa makan” atau “jangan pulang malam”
sesekali hanya sebuah pertanyaan singkat seperti “kamu dari mana?” atau “apa yang kamu lakukan di luar sana?”
sebenarnya saya sangat jarang mendengar umpatan keluar dari mulutmu
tapi sekalinya itu keluar, akan sangat menyakitkan hati saya
saya hanya ingin melihat bibir itu bergerak sedikit saja
tak usah muluk-muluk mengharapkan kamu tersenyum lebar
hanya sesimpul senyuman kecil saja akan sangat membahagiakan saya
saya berjanji untuk membuat senyum itu merekah di bibirmu
walau untuk sebuah hal yang sangat sederhana
maaf saya tidak pernah bisa membuatmu tersenyum
bahkan mungkin saya hanya bisa membuatmu geram dan marah
untuk sekali saja, saya ingin membuatmu tersenyum PAPA
bunda
wajah tua penuh kerut dan gores tanda berat kehidupan selalu aku lihat tiap harinya
tapi aku tak pernah bisa membuatnya berpindah ke wajahku
tak pernah bisa pula aku mengubahnya menjadi senyuman dan binar kebahagiaan
malah aku selalu menambahkan satu kerutan dan goresan tiap harinya
aku bodoh dan tak berguna
maaf
maaf membuatmu melahirkanku
bukan salahmu, tapi salahku bunda
kenangan
dan semua yang pernah kita lewati tiba-tiba saja muncul di otak saya dan terputar dengan jelas di depan mata. seolah saya sedang berada di bioskop pribadi- dengan saya sebagai penonton yang menonton pertunjukan diri saya sendiri.
saya melihat diri saya.
saya melihat kamu.
yap, saya melihat kita.
kita yang malu-malu di pertemuan pertama kita.
kita yang mulai tersenyum bahkan tertawa terbahak di pertemuan-pertemuan selanjutnya.
kita yang beromansa dan berlagak mesra seperti sepasang ABG yang baru mengenal cinta.
kita yang mulai memandang dan berpegangan hangat dan mesra.
kita yang adalah kita. dan kisah yang adalah punya kita.
semuanya lugas. gamblang.
terekam dengan sangat baik di otak saya, dan diputar dengan sangat jelas bahkan di saat saya ingin memburamkan kenangan ini.
tolong TUHAN, tolong. hinakan memori ini.
kepada angin
dan kepada udara dingin ini aku menyampaikan rasa rinduku.
karena aku tahu angin adalah sahabat dekatmu.
bisikku, ” Wahai angin, belailah tubuhnya yang tak pernah berbalut kehangatan itu- dan katakan padanya kalau aku butuh dia. aku butuh hadirnya.”
lalu menghilanglah, jangan buat dia kedinginan.
biar dia menemukan kehangatan dalam peluk rinduku.
tolong aku,angin. sekali ini saja.
Berbagi Suami
Pagi ini kamu meminta izin untuk bertemu dengan mantan kekasihmu. Entah karena kasihan atau lelah dengan segala macam bentuk pemaksaanya kamu akhirnya menyanggupi permintaannya. “Baiklah” jawabku singkat sambil memastikan bahwa nanti malam kamu sudah kembali ke pelukanku lagi. Pikiranku bergerak liar. Aku membayangkan tubuhmu berada di sampingnya sambil melontarkan kata demi canda menanggapi tingkah polah gadis labil itu. Malah aku membayangkan kalian saling beradu bibir lalu lidah bahkan bergulat telanjang. “Anjing” umpatku. “Kenapa dia tidak membiarkan kita hidup tenang? Kenapa kamu tak pernah tegas menolaknya?” Aku semakin marah. Suami mana yang sebenarnya aku bagi? Suami yang kukawini tapi belum sah kunikahi?